LAPORAN WISATA BELAJAR
BALI
TAHUN AJARAN 2010/2011
DISUSUN
OLEH
1.
AMALIA KRISTI (13)
2.
DIAN NUR ARINI (14)
3.
NURUL LATIFAH (25)
4.
RESTU WIJAYANTI (26)
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
PROPINSI
D.I. YOGYAKARTA
SMA
NEGERI 2 WATES
2011
HALAMAN
PENGESAHAN
Di syahkan oleh Panitia Study Tour
SMA Negeri 2 Wates, Kulon Progo, Yogyakarta.
Hari dan Tanggal :
Tempat : SMA Negeri 2 Wates,
Kulon Progo
Mengetahui
dan Mengesahkan
Kepala SMA N 2
Wates Pembimbing
Drs. H. Mudjijono R.
Bambang Sumitro
NIP. 19550710
197803 1 007 NIP 19600416 198703 1 011
KATA PENGANTAR
Penulisan karya tulis yang berjudul “LAPORAN
WISATA BELAJAR BALI” ini dibuat untuk melengkapi tugas wajib kelas XI tahun
pelajaran 2010/2011 di SMA Negeri 2 Wates.
Berdasarkan data yang terkumpul
serta berdasarka ilmu pengetahuan yang diterima disekolah, penulis menyusun
karya tulis ini dengan judul “LAPORAN WISATA BELAJAR BALI”
Dalam rangka penyusunan karya tulis,
penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
mengaruniakan taufik dan Hidayah-Nya sehingga bisa lancar dalam menyusun
laporan ini.
Penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak Kepala SMA Negeri 2 Wates yang telah memberikan ijin kepada
kami untuk membuat karya tulis.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada guru pembimbing yang telah membantu dalam pengumpuan data dan bersedia
meluangkan waktunya untuk member bimbingan dalam penyusunan karya tulis ini
sehingga dapat terbentuk suatu karya tulis yang baik.
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu dalam karya tulis ini sehingga karya
tulis ini dapat lebih baik.
Atas terbentuknya karya tulis ini
penulis mengucapkan selamat membaca dan selamat menikmati. Semoga ada intinya
bagi pembaca. Apabila dalam menyusun karya tulis ini banyak kesalahan dan
kekurangan, penulis memohon agar pembaca memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Dan penulis mengucapkan terima kasih.
Wates,
April 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
|
|
HALAMAN PENGESAHAN
|
|
HALAMAN MOTTO
|
|
HALAMAN PERSEMBAHAN
|
|
KATA PENGANTAR
|
|
DAFTAR ISI
|
|
BAB I PENDAHULUAN
|
|
A.
Alasan Pengambilan Judul
|
|
B.
Tujuan
|
|
C.
Metode
|
|
D.
Sistematika
|
|
BAB II PANDANGAN PULAU BALI
|
|
BAB III TANAH LOT
|
|
BAB IV BAJRE SANDI
|
|
BAB V SANUR
|
|
BAB VI JOGER
|
|
BAB VII KUTA
|
|
BAB VIII TARI BARONG
|
|
BAB IX KRISNA
|
|
BAB X HUTAN MAGROVE
|
|
BAB XI GARUDA WISNU KENCANA
|
|
BAB XII SANGEH
|
|
BAB XII BEDUGUL
|
|
BAB
XII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pengambilan
Judul
Penulis mengambil Judul Laporan Wisata Belajar
Bali karena : selain wisata menghilangkan pikiran yang jenuh setelah ulangan
semester ganjil tetapi juga belajar. Belajar budaya dari sisi positifnya. Disamping
itu penulis memilih judul ini
untuk membuat laporan selama wisata di Bali. Dan karena tempat yang dikunjungi
adalah Bali.
B. Tujuan
Dalam pelaksanaan Study Tour di
Pulau Bali ini penulis bertujuan ingin mengetahui obyek-obyek wisata di Pulau
Bali dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Dan saya juga
ingin mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah saya peroleh dengan cara
menyusun karya tulis.
C. Metode Pengumpulan
Data
Di dalam penyusunan karya tulis ini
data-datanya saya peroleh dengan cara :
1. interview (wawancara).
2. Collecting Mettode (Literatur,
data-data yang terdapat dalam buku).
3. Mendengarkan Ceramah dan Pemandu.
D. Sistematika
BAB
I PENDAHULUAN
Disampaikan alas an pengambilan judul, tujuan serta
metode pengumpulan data.
BAB
II PANDANGAN PULAU BALI
Penulis menerangkan pemerintahan, keadaan tanah,
mata pencaharian, system pertanian, kerajinan, kesenian, Upacara Agama dan adat
istiadat, Kepercayaan dan Agama.
BAB
III TANAH LOT
Pemandangan panorama alam yang indah. Batu-batu
karang hitam menjulang tinggi serta pemandangan laut yang menambah indah.
BAB
IV SANUR
Pantai Sanur yaitu pantai di timur kota dan pasar
yang sanagt terkenal. Dapat disaksikan terbitnya matahari (sun rise) di pagi
hari.
BAB
V TAMPAK SIRING
Istana kepresidenan yang mengandung banyak nilai
sejarah
BAB
VI SANGEH
Hutan cagar alam yang di huni banyak kera.
BAB
VII KUTA
Terdapat obyek wisata yang indah dengan pantai yag
mempunyai pasir yang berwarna putih.
BAB
VIII TARI BARONG DAN KERIS
Salah satu gaya tari Bali dengan penari yang lemah
gemulai
BAB II
PANDANGAN PULAU BALI
Pulau Bali terletak di
Indonesia bagian tengah karena menggunakan Waktu Indonesia Bagian Tengah (WITA)
yang mempunyai jarak waktu 1 jam lebih cepat dari Pulau Jawa. Lebih tepatnya 900’-700’
LS dan 11400’-11600’ BT dengan luas 5634 km2. Pulau
Bali termasuk gugusan Pulau Nusa Tenggara.
Bali memang memiliki keanekaragaman
daya tarik wisata yang mengagumkan. Tidak heran jika pulau yang indah ini
sanggup menarik jutaan wisatawan baik asing maupun domestik setiap tahunnya. Hampir
setiap media internasional yang berhubungan dengan pariwisata dunia menempatkan
Bali pada tempat teratas tujuan wisata tropis yang paling diminati.
Bali terkenal dengan daya tarik
tradisi dan budayanya. Banyak wisatawan datang untuk mengunjungi berbagai pura
dan menyaksikan tarian-tarian yang masing-masing memiliki karakteristik dan
keunikan tersendiri.
Namun, sebagai surga wisata tropis
yang lengkap dengan pegunungan lembah, ngarai, tanah pertanian, pantai, bahkan
sampai panorama yang cantik didasar laut. Bali juga menawarkan banyak hali lain
yang tidak kalah menarik. Bangunan pura, adat istiadat, serta kebiasaan
masyarakat Bali yang sangat kental dengan budayanya. Menjadikan Bali selalu
hidup untuk wisata Nasional. Wajar saja, jika Bali disebut Pulau Dewata. Ini
memang surganya wisata.
Berbicara tentang Pulau Bali memang
lain sekali dengan arah wisata yang lain di Indonesia. Bali memiliki pesona
tersendiri baik segi ekonomi, sosial, budaya, adat istiadat, dan lingkungan
sosialnya.
Di sini penulis ingin membeberkan
satu persatu mengenai Pulau Bali.
A. PEMERINTAH
Pulau bali merupakan daerah tingkat
1 (satu) yang terdiri dari 9
(sembilan) kabupaten, yaitu :
1. Kabupaten Tabanan
2. Kabupaten Netara
3. Kabupaten Gianyar
4. Kabupaten Klungkung
5. Kabupaten Buleleng
6. Kabupaten Singaraja
7. Kabupaten Badung
8. Kabupaten Karang Asem
9. Kabupaten / Kota Madya Denpasar
Susunan Pemerintahan :
1. Daerah Tingkat I : dipimpin oleh GUBERNUR
2. Daerah Tingkat II : dipimpin oleh BUPATI
3. Kecamatan : dipimpin oleh CAMAT
B. KEADAAN TANAH
Keadaan tanah di Pulau Bali adalah
terdiri dari pegunungan, batuan kapur, vulkanis, endapan, dan lain-lain. Juga
terdapat gunung api sehingga tanahnya subur dan sangat cocok untuk pertanian.
Sedangkan iklim di Bali merupakan iklim tropis.
C. MATA PENCAHARIAN
Pada umumnya masyarakat Bali
mempunyai mata pencaharian sebagai berikut :
1. Pertanian : Padi, dapat dilihat
sepanjang jalan. Terutama di dataran rendah.
2. Berdagang : Barang-barang hasil
kerajinan dan oleh-oleh khas. Dapat di lihat sepanjang pantai, pasar Sokawati,
Krisna, Dewata, Kacang Bali, bahkan hampir di setiap obyek wisata pasti
terdapat dagangan yang khas.
3. Berkebun : Strowberry tumbuh
sangat baik di Bedugul yang mempunyai suhu sampai 180C.
4. Berternak : Babi, Ayam, dan
Lembu.
5. Pengrajin : Membuat patung,
ukiran, dan lain-lain.
6. Pariwisata : Guide, pemandu
wisata, dan lain-lain.
D. SISTEM PERTANIAN
Karena keadaan di Pulau Bali
tanahnya berbukit-bukit, maka pengelolaan tanah dan lahan sawah dikerjakan
secara terasiring dengan tanaman padi dengan hasil yang melimpah karena adanya
pengairan yang teratur. Sebuah organisasi yang mengelola pengairan yang sangat
terkenal dengan nama Subak.
E. HASIL PERTANIAN
Pulau Bali mempunyai
penghasilan yang tidak lain dari penghasilan daerah Pulau Jawa, hasil-hasil itu
adalah : padi, jagung, tebu, pisang, kelapa, dan lain-lain.
Tanaman disana keliatan subur karena
cocok dengan iklimnya.
F. KERAJINAN
Bali merupakan pulau penghasil berbagai
kerajinan yang dikerjakan sendiri oleh Putra-Putri Bali. Kerajinan itu antara
lain :
1. Kerajinan Tenun
2. Kerajinan Patung
3. Kerajinan bahan pakaian (Endek)
4. Kerajinan perhiasan (emas atau
batu permata)
5. Kerajinan Ukiran
G. KESENIAN
Kesenian di Bali meliputi :
1. Seni tari : Barong, Pendet, dan
lain-lain
2. Seni musik : Gamelan
3. Seni Rupa : Patung, Ukiran,
Lukis, dan Batik
H. UPACARA AGAMA DAN
ADAT ISTIADAT
Upacara agama dan adat
istiadat meliputi :
1. Kuningan : perayaan galungan. Untuk
memperingati kemenangan darma (kebaikan) dalam melawan adarma (bukan kebaikan
atau keburukan). Biasanya untuk melapisi patung dan ukiran berwarna kuning.
Saat perayaan kuningan setiap rumah membuat Penjor yang berisikan hasil bumi
seperti padi, jagung, tebu dan lain-lain. Di dalam Penjor terdapat bunga atau
canang sebagai wujud syukur atas rejeki yang di berikan. Di dalam Penjor terdapat
yang berbentuk bulat sebagai Tamiyeng atau Tameng yang berarti pelindung.
Selain itu ada juga yang panjang-panjang sebagai senjata. Di Penjor juga
terdapat bambu isi tebu. Sebenarnya bukan dalam artian sebenarnya karena bambu
itu memang diisi tebu. Pada saat H-1 mereka menyiapkan sesaji, memasang Penjor,
dan menyembelih babi yang sebagian dimakan sebagiannya lagi untuk sesaji. Pada
hari H mereka berdoa di Pura rumah yang terletak disebelah kanan depan rumah.
Setelah itu baru mereka ke Pura. Disana mereka melakukan Tumpek Binatang,
Tumpek Uduh (berdoa untuk tumbuhan agar berbuah), dan Tumpek Landep
(perkembangan teknologi). Pada hari H+1 setiap keluarga melakukan silaturahmi saling
minta maaf dan memaafkan. Berbeda dengan perayaan Nyepi, perayaan Kuningan
harus ramai dan meriah.
2. Melis : perayaan menuju sumber
air. Biasanya menuju pegunungan. Agar airnya tetap mengalir.
3. Saraswati: perayaan turunnya ilmu.
Dirayakan untuk guru dan siswa sehingga sekolah libur. Mereka libur untuk
berdoa. Mereka tidak boleh membuka buku atau membaca buku.
4. Pager wesi : perayaan bertuah.
5. Med-medan : perayaan ciuman masal.
upacara ini bermula ketika Raja Desa Sesetan mengalami sakit yang tidak
diketahui apa. Banyak tabib didatangkan tetapi tidak dapat menyembuhkannya.
Pada suatu hari Raja itu dijenguk oleh pasangan muda yang sedang jatuh cinta.
Pasangan itu berciuman di depan Raja. Seketika Raja itu sembuh. Dan untuk
memperingatinya maka di buat upacara Med-Medan atau Omed-Omedan. Upacara ini
tidak dilakukan sembarang orang. Hanya pemuda-pemudi yang belum menikah dan
tinggal di desa Sesetan. Upacara ini dilakukan di Jalan Utama Sesetan. Upacara
ini dilakukan satu tahun sekali setelah Nyepi. Sebelum melakukannya mereka
melakukan sembahyangan. Caranya baik pria maupun wanita membuat barisan
satu-satu memnjang ke belakang. Pria dan wanita berhadap-hadapan dan menunggu
aba-aba untuk melakukan ciuman tetapi mereka juga disiram dengan air untuk menyulitkan
dalam melakukan ciuman. Dan barisan yang ada di belakang mendorong temannya
ynag di depan. Mereka tidak boleh memilih pasangannya. Siapapun yang ada di
depannya harus mau dicium atau mencium. Upacara ini sempat dihentikan saat
mulai adanya Undang-Undang anti pornografi dan pornoaksi. Ternyata setelah
ritual ini dihentikan, datang musibah yang melanda Desa Sesetan tersebut.
Kemudian pemimpin Desa Sesetan memerintahkan untuk mengadakan ritual med-medan
lagi.
BAB III
TANAH LOT
A. Sejarah
Pada zaman dahulu di
kerajaan Majapahit, Jawa Timur muncullah seorang resi yang sangat terkenal
bernama Dang Hyang Dwi Jendra. Beliau sangat dihormati oleh rakyat karena besar
pengabdian beliau, member kesejahteraan rohanian dan membatasi kesengsaraan
hidup. Beliau banyak melakukan “Dharma yatra” (perjalanan keagamaan) Dharma
Yatra ini dilakukan di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumbawa. Di Bali sangat luas
Dharma Yatra beliau dan terkenal dengan sebutan “Penenda Sakti Wana Weruh” atau
“Dang Hyang Niratha”. Sedangkan di Pulau Lombok terkenal dengan sebutan “Tuan
Semeru”
Ketika Dharma Yatra beliau di Pulau
Bali sekitar abad XV yang berkuasa di Bali waktu itu adalah “Dalem Watu
Renggang”. Raja ini menyambut kedatangan belau dengan gembira dan sangat
hormat. Dharma Yatra di Pulau Bali sangat mengesankan, karena beliau
mengajarkan dan memperkokoh tentang ajaran Dharma dan banyak mendirikan Pura,
untuk membangkitkan kesadaran dan memperdalam ajaran-ajaran agama.
Setelah beliau melakukan Dharma
Yatra di Jambarana, Nagara tepatnya di Pura Pasimpangan untuk melakukan upacara
rambut siwi atau pemujaan rambut. Beliau memberikan rambutnya untuk pemujaan
karena ditempat tersebut sedang tertimpa musibah suatu penyakit. kemudian beliau
ingin melanjutkan Dharma Yatranya. Ketika beliau berjalan beliau melihat suatu
sinar suci dari arah tenggara. Beliau berjalanan menujuh ke tempat sumber
cahaya dengan menyusuru pantai. Setelah beberapa waktu pelayaran, maka
sampailah di tempat sumber cahaya itu keluar yang dari sebuah kedungan (pusat
air/mata air). Dan tidak jauh dari tempat itu dijumpai juga sebuah tempat yang
sangat indah yang oleh penduduk sekitarnya disebut GILIBEO (Gili : batu karang;
beo : burung). Batu karang yang berbentuk burung. Dan dari tempat itu pula
beliau mulai mengajar pelajaran agama kepada penduduk sekitarnya, yakni Desa
Berebau yang dipimpin oleh seorang Bandesa dengan sebutan “Bandesa Berebah
Sakti”. Penganut ajaran kebatinan tertentu lama-kelamaan tersiarlah Dang Hyang
Nirartha sebagai pengajar agama yang akhirnya banyak diikuti oleh masyarakat
dan sedikit demi sedikit pengikut Berabau berkurang jumlahnya. Melihat
kenyataan ini mereka maka mulai mengganggu Dang Hyang Mirartha bersama dengan
pengikutnya. Bandesa mengusir Dang Hyang Nirartha karena dianggap merugikannya,
namun dengan kekuatan Yoga Samedri, beliau dapat menghalangi maksud Bandesa
Berabu dengan jalan menggeser tempat beliau beryoga itu kearah tengah laut.
Sumber lain mengatakan bahwa Dang Hyang Nirartha mengeluarkan sumber air dengan
tongkatnya sehingga seolah-olah lepas dari pulau. Sumber air itu yang sekarang
disebut air suci. Bandesa melawan Dang Hyang Nirartha dengan menggunakan keris.
Sedangkan Dang Hyang Nirartha menggunakan ikat pinggang (selendang) untuk
menangkis keris Bandesa. Sobekkan dari selendang itu berubah menjadi ular suci
(ular laut yang belang-belang) yang menjaga kesucian Pure. Jika terdapat orang
yang jahat maka akan keluar dengan sendirinya.
Semenjak itu beliau memberi nama
tempat itu “Tanah yang Alot” dan “Tanah Laut” yang Lama kelamaan menjadi “Tanah
Lot” yang artinya tanah yang terletak di tengah laut. Akhirnya Bandesa Beraban
mengakui kesalahannya terhadap Dang Hyang Nirartha dan selanjutnya ia mengikuti
ajaran-ajaran yang diajarkan oleh Dang Hyang Nirartha dengan sangat tekun bahkan
menjadi pengikut yang paling setia. Seterusnya menyebarkan kepada masyarakat
agar semua mengikuti beliau. Melihat kesungguhan ini maka Dang Hyang Nirartha
meninggalkan tempat tersebut untuk melanjutkan Dharma Yatra. Beliau memberikan
keris yang sangat sakti bernama “JARAME NARA” dan samapai sekarang keris itu
dikeramatkan bahkan diupacarakan dan disembah setiap Hari Raya Kuningan dan
keris itu disimpan di Puri Kediri. Upacara Piadalan (ulang tahun Puri) yaitu
pada hari Rebo Kliwon Rangkir tiap Zio Hari sekali untuk menangkal hama.
Tanah Lot disebut juga lembah putus
cinta. Karena menurut mitos masyarakat setempat, Bila seorang pasangan belum
menikah datang bersama-sama ke Tanah Lot, maka setelah pulang akan putus tanpa
sebab.
B. Lokasi Tanah Lot
Obyek Tanah Lot juga merupakan obyek
wisata yang indah dan menarik dikenal di Pulau Bali. Tanah Lot yang berarti
tanah yang terletak di tengah laut itu membuat pemandangan yang mengingatkan
kita dengan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Karang-karang hitam yang menjulang
tinggi sangat indah. Ombak di laut menerjang menerjang ganas pada karang-karang
hitam yang berdiri menghadang terjangannya. Di laut ada sebuah Pura, apabila
pasang maka Pura itu seolah-olah di tengah laut. Jadi Pura itu tidak dapat
dikunjungi saat pasang. Maka sebelum di Pura itu ada sebuah Pura sebagai ganti
tempat sesaji bila air laut pasang.
Dan sudah menjadi kepercayaan
penduduk Bali, ada catur cuntake atau empat pantangan saat memasuki Pura yaitu
Wanita yang sedang datang bulan sebelum mandi besar, pasangan yang belum
menikah tetapi wanitanya sudah tidak perawan, wanita yang baru melahirkan
waktunya sampai 40 hari, dan orang yang sedang berduka waktunya sampai 3 hari,
jika keluarganya waktunya sampai 10 hari. Perlu diketahui dengan adanya obyek wisata
Tanah Lot tersebut memungkinkan penduduk sekitar Tanah Lot untuk memanfaatkan
sebagai sarana perdagangan. Barang-barang yang diperdagangkan meliputi
kerajinan tangan diantaranya adalah :
1. Patung
2. Hiasan dinding
3. Kalung, gelang dan cincin dari
manic-manik ataupun kerang,
4. Keramik.
5. Telur angsa dihias
Dengan
adanya perdagangan itu penduduk setempat dapat meniambah in come atau
pendapatan dalam perekonomian.
Selain dapat memberikan sarana
perdagangan di daerah wisata tanah lot penduduk bisa menyediakan rumah-rumah
penginapan. Dengan adanya rumah-rumah penginapan ini para wisatawan dapat
menyewa beberapa waktu. Disana harga sewaan cukup tinggi terutama bagiwisatawan
asing maka dengan uang sewa rumah penginapan itu penduduk bisa mendapatkan keuntungan
yang sangat besar.
Di Tanah Lot ada Pura yang terletak
di atas. Pura tersebut sering digunakan ntuk sesaji dan upacara keagamaan. Di
sana meskipun mayoritas beragama Hindu, tetapi ada juga tempat yang disediakan
untuk bersembahyang bagi agama lain. Nama tempatnya Puja Mandala atau Pujangga
Mandala. Disaa terdapat 2 Masjid, 1 Gereja Katholik, 1 Gereja Kristen, 1 Pura,
dan 1 Wihara yang letaknya saat berdekatan. Dengan adanya tempat beribadh yang
berdekatan itu menunjukkan adanya toleransi antar umat beragama.
Pemandangan panorama yang alam yang
indah di Tanah Lot dapat pula terancam suatu bencana. Batu-batu karang yang
berdiri tegak di tengah lautan itu dapat hancur terkikis oleh ombak laut.
Sedang Pura yang di bangun di atas karang hitam inipun lama-kelamaan bisa
menjadi tidak kokoh karena alam tetapi mungkin juga oleh tangan-tangan yang
tidak betanggung jawab dari para pengunjung. Bila para pengunjung itu terlalu
ceroboh maka juga akan mengurangi keindahan obyek wisata. Oleh karena itu harus
di jaga keselamatan Puranya tidak tercemar nama Tanah Lot.
Karena terjadi abrasi atau
pengikisan air laut maka Tanah Lot sudah tidak asli lagi. Sebagian sudah
ditembel.
BAB IV
PANTAI SANUR
Pantai Sanur merupakan pantai yang
terkenal matahari terbitnya karena berada di sebelah timur Pulau Bali. Pasir
dari pantai sanur merupakan campuran dari pasir hitam dan pasir putih. Mulanya
pasirnya berwarna hitam tetapi karena pasirnya lama-lama terkikis dan menjadi
sedikit, maka dicampur dengan pasir putih dari Pantai Kuta.
Di Pantai Sanur lebih banyak
padagang daripada pantai lainnya. Dapat dilihat sepanjang pantai ada penjual
jagung bakar pedas manis dan yang sangat langka adalah mie yang berwarna biru.
Di Pantai Sanur juga terdapat banyak pohon jadi tidak panas seperti pantai pada
umumnya. Ombak dari pantai Sanur juga tidak terlalu besar, sehingga bisa
digunakan untuk berenang anak-anak.
SEJARAH
MUSEUM LE MAYEUR
Bangunan
Museum Le Mayeur sangat terkesan tradisional Bali. Dari pondasi yang terbuat
dari batu karang laut, tiang bangunan serta jendela penuh dengan ukiran. Le
Mayeur berasal dari nama seorang pelukis dan juga bangsawan asal Belgia. Nama
panjangnya Jean Le Mayeur de Merpres. Beliau datang pertama kali datang ke Bali
pada tahun 1932. Tiga ruang utama
bangunan ini adalah ruang tamu yang dihiasi oleh lukisan, meja dan
perabotan-perabotan berukiran antik. Ruang keluarga, yang penuh dengan
lukisan-lukisan kecil ala Eropa. Dan ruang utama yang merupakan studio tempat.
Le Mayeur melukis. Paling luas, dan dipenuhi oleh lukisan-lukisan berukuran
besar. Le Mayeur tertarik dengan budaya Bali, waktu di Balelang Singaraja Le
Mayeur melihat banjar Klanis atau hari jadi jadi Pura. Disana ditampilkan tari
pendet yang merupakan tari wali atau tari khusus. Saat itu Le Mayeur jatuh
cinta kepada salah seorang penarinya yang bernama Nipolog dan menikahinya pada
saat Le Mayeur berumur 58 dan Nipolog berumur 18 yang kemudian menjadi obyek
utama lukisannya, yang memenuhi ruang ini. Nipolog dibawa ke Belgia. tetapi
saat Le Mayeur meninggal, Nipolog kembali ke Bali. Nipolog tinggal di rumahnya
yang dekat dengan Pantai Sanur. Agar badan Nipolog tetap bagus, dia tidak boleh
hamil. Sehingga tidak mempunyai anak. Akhirnya di buat perjanjian bahwa rumah
itu akan diberikan kepada Pemerintah Daerah setelah Nipolog meninggal. Tetapi
sepanjang usia Nipolog harus tinggal disitu. Untuk mengenang maka dipajanglah
foto dari Le mayeur dengan Nipolog.
Kokoh berdiri pohon kamboja yang
berusia ratusan tahun ini, menunjukkan keasrian halaman. Pada tahun 1957,
Bahder Djohan, yang ketika itu adalah Menteri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan RI, menggagaskan untuk merubah rumah kediaman ini menjadi museum,
demi melestarikan karya seni Le Mayeur. Obyek utama yang diserahkan ke
pemerintah, disamping lukisan, termasuk bangunan, juga peralatan keseharian
yang pernah digunakan oleh Le Mayeur. Le Mayeur meninggal pada tahun 1958 di
usia 78 tahun karena kanker telinga, dan dimakamkan di Brussel. Ada dua
bangunan tambahan setelah kepergian Le Mayeur yakni Bale Bengong dan Bale
Pacanangan. Karena letaknya yang strategis, banyak wisatawan asing maupun lokal
mengunjungi tempat ini.
BAB V
TAMPAK SIRING
A. Sejarah Tampak Siring
Pada zaman dahulu di Bali terdapat
sebuah kerajaan yang bernama kerajaan Bata Anyar. Kerajaan ini terletak di
wilayah Kintamani dan di sebuah bukit yaitu bukit Gulingan dan kerajaan ini
dipimpin raja yang bergelar Prabu Maya Denawa. Yang menganut agama Budha
Hinayana. Agama ini memiliki ajaran yang mengatakan bahwa tidak membenarkan
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Padahal mayoritas penduduk Bali memiliki
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga menimbulkan perbedaan aliran
kepercayaan yang sangat nampak antara rakyat dengan raja. Meskipun demikian
raja tetap berkuasa. Beliau mengeluarkan suatu perintah yaitu melarang semua
rakyat di Pulau Bali untuk tida percaya kepada Tuhan atau disebut juga Atheis.
Dengan adanya aturan seperti itu
rakyat di Pulau Bali menjadi tertekan. Dan pada saat itu muncul seorang pemuda
dari kalangan rakyat biasa yang tidak setuju dengan perintah raja. Pemuda itu
bernama Sri Putranjaya yang menganut agama Siwa. Dengan tampilnya pemuda
tersebut rakyat berusaha menyingkir dari Prabu Maya Denawa.
Generasi dari kerajaan di Pulau Bali
ini maka lahirlah Proklamasi 45 yang memunculkan Soekarno sebagai presiden RI.
Karena beliau sebagai presiden maka ingin mendirikan sebuah pasanggrahan di
sini. Beliau memilih bukit Gulingan ini karena sangat bersejarah.
Akhir dari Tampak siring adalah
bergantinya nama bukit Gulingan menjadi Tampak Siring. Nama itu merupakan
kutukan Dewa Indra yang mengutuk Prabu Maya Denawa yang kakinya tampak miring.
Selain itu juga terbunuhnya Prabu Maya Denawa yang kemudian berubah menjadi
patung. Ia terbunuh di sebuah hulu sungai Danata. Darahnya mengalir bersama
aliran sungai tersebut dan di kutuk oleh Dewa Indra yang tak boleh
menggunakannya.
B. Lokasi Tampak Siring
Terdapat di area tanah yang luas dan
berada di daerah perbukitan yang memiliki udara yang sejuk dan juga pemandangan
yang indah.
BAB VI
SANGEH
Sangeh adalah salah satu dari
berbagai obyek wisata di Bali yang cukup dikenal. Saengeh terdapat sebuah Pura
yang bernama Bukit Sari yang terletak pada lahan yang masih berupa hutan yang
sangat luas. Namun hutan itu merupakan cagar alam yang sangat berhasil. Tidak
ada seorangpun penduduk yang berani merusak pohon-pohon didalamnya. Pohon
dibiarkan tumbuh sendiri dan mati sendiri. Sehingga dengan demikian keadaan
alamnya cukup mengagumkan dengan adanya pohon-pohon yang subur dan daunnya yang
lebat membuat udara di sekitarnya menjadi sejuk dan segar.
A. Sejarah Sangeh
Kono menurut cerita, kera itu adalah
sebagian dari prajurit rajanya yang bernama Anoman. Anoman yakni seekor kera
putih yang sangat sakti. Bermula ketika Prabu Rama mengalami kekalahan sewaktu
melawan Prabu Dasamuka. Dan didalam membelas dendam atas kematian Lesmana (adik
Rama) dan dicurinya Dewi Shinta, Prabu Rama bertapa dan Beliau hendak minta
pertimbangan pada para Dewa-Dewa yang ada di Nirwana. Tetapi di tengah jalan
Beliau bertemu dengan seorang Brahmana yang tak dikenalnya dan atas sarannya
Brahmana itu, Prabu Rama disuruh pulang dan mencari bunga “Congkok Wijaya
Kusuma”.
Sampailah Prabu Rama dinegaranya dan
mencari Anoman untuk mencari bunga itu. Akhirnya Anoman dengan kesaktiannya
terbang pada suatu tempat yang disitu banyak sekali tumbuhan beraneka ragam
bunga. Kemudian raja itu termenung dan dia mnemukan akal yaitu dirubahnya
dirinya menjadi raksasa dan mengangkat gunung tersebut menjadi 2 bagian dan
membawanya terbang. Namun diperjalanan pulang, tanah-tanah dan gunung itu
banyak yang berjatuhan dan salah satunya jatuh di Sangeh. Karena Anoman
khawatir bunga yang dicarinya terjatuh maka di Sangeh ia mengutus para
prajuritnya untuk menjaga dan mencarinya. Dalam tugasnya prajurit itu dibagi
menjadi 3 kelompok dengan tugasnya masing-masing yaitu :
Kelompok di depan
Kelompok tengah
Kelompok belakang
Sebelum meninggalkan Sangeh, Anoman
berpesan kepada anak buahnya agar jangan pergi. Dan yang terjadi sampai
sekarang banyak kera yang tinggal di sana.
Di sangeh juga terdapat dongeng yang
sangat menarik, mengapa para penjual di los-los memasang tempurung kura-kura di
setiap los-losnya untuk menyingkirkan kera.
Ceritanya bermula ketika Kera dan Kura-kura bersahabat. Pada suatu hari
kera ingin bertemu dengan kura-kura. Kemudian kera mengirim pesa kepada
kura-kura atas maksud dari dirinya. Setelah sepakat mereka bertemu di Sanur. Di
sana mereka berjemur dan berwisata. Tetapi mereka lupa tidak membawa bekal.
Mereka pun memutuskan untuk mencari makanan. Saat itu mereka melihat kebun
pisang yang sedang berbuah. Karena yang bisa memanjat hanya kera, maka kera
memanjat pohon dan akan memberikannya kepada kura-kura. Akhirnya kera itu
memanjat pohon. Kura-kura menunggu di bawah, tetapi tidak ada satupun buah yang
dijatuhkan oleh kera. Berjam-jam kura-kura itu menunggu, kemudian kera turun
dan mengatakan bahwa semua pisangnya tidak enak padahal semua pisang dihabiskan
oleh kera. Kemudian mereka meninggalkannya. Tetapi kura-kura tidak bodoh.
Kura-kura pun membalas perbuatan kera. Pada hari berikutnya kura-kura
memberitahu kera bahwa kura-kura bahwa dia akan menunjukkan tempat yang banyak
pohon pisangnya. Tanpa berpikir panjang kera langsung menyetujuinya. Ternyata untuk
menuju kebun pisang itu harus menyeberang dulu. Karena kera tidak bisa
berenang, akhirnya kura-kura memberikan tumpangan di punggungnya. Saat sampai
ditengah laut, kura-kura menyelam kedalam laut. Kera pun tenggelam. kera
meminta tolong kepada kura-kura dan meminta maaf atas kesalahannya. Kura-kura
mau memaafkan kera tapi ada syaratnya. Kera tidak boleh mengganggu kura-kura
lagi sampai anak cucunya. Oleh karena itu setiap melihat tempurung kura-kura,
kera akan menghindar. Begitu juga saat kita dinaiki kera padahal kita takut
kera. Jangan berteriak karena justru akan mendatangkan kera yang lain. Tetapi
cukup jongkok maka kera akan turun dengan sendirinya karena kera menganggap
yang pendek itu kura-kura.
Jika kalian dinaika kera dank era
itu buang air kecil di kepala kalian. Kalian akan menganggapnya itu suatu
musibah. Padahal menurut mitos masyarakat setempat orang itu akan mendapatkan
berkah.
B. Keadaan dalam Sangeh
Dengan strategisnya
Sangeh sebagai obyek wisata maka memungkinkan para wisatawan kesana, mereka
ingin menyaksikan kera-kera yang lain dari kera umumnya. Kera Sangeh tidak
nakal dan tidak menggigit tetapi bahkan lucu-lucudan minta didukung.
Bagi siapa yang memasukkan ke dalam
lokasi ini tidak boleh membawa tas, dompet dan barang-barang lainnya karena
bisa jadi era itu nanti mengambil atau merebut barang-barang itu.
C. Sangeh dalam
hubungannya dengan ekonomi
Di sebelah depan Pura Sangeh itu ada
los-los yang besar disamping sebelah los-los juga ada. Los-los ini kebanyakkan
berjualan pakaian tetapi ada juga kerajinan-kerajinan yang diperdagangkan.
BAB VII
PANTAI KUTA
Mempunyai pasir ynag berwarna putih.
Ditinjau dari jarak tempuh dari jantung kota kabupaten tingkat II Badung.
Sedang ditinjau dari jarak tempuh dari jantung kota Denpasar menuju kebarat 11
km.
Ada 3 tokoh tang memperkenalkan
obyek wisata kuta :
1. Seorang pedagang Matlenge
Ia berasal dari Eropa yang memiliki relasi Yang
sangat banyak (pada tahun 1931). Hal ini mengakibatkan banyak orang Eropa yang
datang ke Kuta.
2.
Minseng (nama aslinya Dollowati)
Minseng adalah seorang wisatawan yang berasal dari
Scotlandia. Ia diberi nama Minseng karena matanya seperti kucing. Saat Minseng
datang ke Bali (pada tahun 1945) pada pemuda Bali sedang berperang menumpas
sisa-sisa penjajah yang ada di Bali. Ia menyelundupkan senjata-senjata dari
Scotlandia (negara asalnya). Melihat jasa Minseng, Raja Kuta mengangkat Minseng
menjadi putrinya dan diberi nama Ketut Tantri. Banyak orang Scotlandia yang
datang ke Kuta untuk mengunjungi makam Minseng (letak makam di sebelah barat
Bandar Udara Igusti Ngurah Rai).
3.
Patih Gajah Mada
Patih Gajah Mada diutus ke Bali untuk menunaikan
tugas yaitu menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Tetapi Asta Sura
Bumi Banten ingin memisahkan diri dari kerajaan induk Majapahit. Ia membantu
kubu pertahanan Kuta. Sebelum bernama Kuta namanya pantai Petitegel. Nama itu
berubah menjadi Majapahit karena Asta Sura ratna. Kuta berasal dari kata “ku”
yang berarti kubu dan “ta” yang berarti pertahanan.
Untuk menuju Pantai Kuta tidak
menaiki bus atau mobil pribadi. Disana disediakan Komotra yang identik dengan
penumpang yang banyak sekali sampai keluar dari mobil. Hal ini dilakukan untuk
mencegah macet. Jarak kuta dari tempat parker kira-kira 1 km.
BAB VIII
TARI BARONG DAN KERIS
Tarian “BARONG DAN
KERIS” adalah sebuah tarian yang menggambarkan pertarungan antara kebaikkan
melawan kejahatan. “BARONG” adalah maklok mithologi yang mewakili kebaikkan dan
makluk yang menggambarkan kejahatan adalah “RANGDA”
GENDING
PEMBUKAAN
Barong,
ditemani seekor kera sedang berada di dalam hutan yang lebat. Kemudian
datanglah tiga orang bertopeng yang membuat keributan dan merusak ketenangan
hutan. Si kerapun tidak senang dengan kehadiran mereka dan akhirnya berkelahi
dengan mereka dan berhasil memotong hidung salah satu dari mereka.
BABAK
PERTAMA
Muncullah
dua orang penari, mereka ini adalah pengikut setia dari Rangda yang sedang
mencari para pengikut Dewi Kunti dimana mereka sedang dalam perjalanan untuk
menemui Sang Patih.
BABAK
KEDUA
Begitu
pengikut Dewi Kunti ini tiba di tujuan mereka, salah satu dari pengikut Rangda
berubah wujud menyerupai bentuk Rangda dan memasukkan roh jahat kepada para
pengikut Dewi Kunti menyebabkan mereka menjadi kerasukan dan lupa ingatan
sebelum mereka berhasil bertemu dengan Sang Patih. Tidak sadar akan perubahan
yang dialami oleh para pengikut Dewi Kunti, Sang patih bersama-sama dengan
mereka menghadapi Dewi Kunti.
BABAK
KETIGA
Muncullah
Dewi Kunti dan anaknya Sahadewa. Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk
menyerahkan Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya, Dewi Kunti tidak rela
mengorbankan anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi dengan ilmu sakti yang
dimiliki Rangda dan dengan bujukkan para pengikut Dewi Kunti yang sudah kerasukan
oleh roh jahat, Rangda bisa mempengaruhi pikiran dan akal sehat Dewi Kunti
sehingga Dewi Kunti tiba-tiba marah dan menjadi sangat benci kepada anaknya
Sahadewa. Dewi Kunti memberikan perintah kepada Sang Patih untuk membuang
Sahadewa kedalam hutan. Sang Patih tidak membantah karena dirinya pun sudah
dipengaruhi oleh ilmu jahat Rangda.
BABAK
KEEMPAT
Sahadewa
diikat dibawah pohon besar didalam hutan dan ditinggal sendirian. Tiba-tiba
turunlah Dewi Siwa dari kahyangan. Merasa iba akan kondisi Sahadewa, Batara
Siwa pun menganugerahkan keabadian dan kekekalan akan segala ilmu jahat kepada
diri Sahadewa. Rangda yang kemudian datang untuk menyabut nyawa Sahadewa tidak
sadar akan anugerah yang sudah diberikan oleh Batara Siwa erusaha
mengoyak-oyak, mencabik dan membunuh Sahadewa tetapi tidak berhasil membunh
Sahadewa, Rangda pun menyerah dan memohon ampunan kepada Sahadewa dengan
demikian Rangda bisa menebus dosa-dosanya. Permintaan ini dipenuhi Sahadewa dan
Sang Rangda pun mendapat pengampunan.
BABAK
KELIMA
Kalika
adalah murid Rangda yang paling sakti ilmunya. Kalika bermaksud menghadap
Sahadewa untuk memohon pengampunan sebagaimana Rangda dulu memohon kepada
Sahadewa. Tetapi Sahadewa menolak permintaan ini sehingga murkalah Kalika dan
mengajak Sahadewa untuk berduel. Dalam pertempuran ini Kalika beberapa kali
berubah wujud dirinya menjadi Babi Hutan tetapi berhasil dikalahkan oleh
Sahadewa. Kalika berubah lagi menjadi Burung Gagak yang besar tetapi dapat pula
dikalahkan oleh Sahadewa. Terakhir kalika berubah mengambil perwujudan Rangda.
Karena saktinya Rangda ini Sahadewa menjadi kewalahan melawannya. Berusaha
untuk memenangi pertempuran, Sahadewa berubah wujud menjadi Barong. Mereka
terus bertempur sampai ada yang kalah, tetapi karena sama saktinya tidak ada
yang menang ataupun kalah sehingga pertarungan inipun menjadi abadi dan dimana
ada kejahatan disitu pula akan ada kebaikan yang akan terus bertempur melawan
kejahatan.
PENUTUP
Muncullah
para pengikut Barong dengan membawa keris bermaksud untuk menolong Barong tetapi
dengan ilmu saktinya, Kalika yang berwujud Rangda berhasil membuat roh jahat
menguasai tubuh pengikut Barong sehingga mereka berbalik berusaha menikam diri
mereka sendiri dengan keris. Barong dengan ilmu kebaikan menolong mereka dari
kerasukan roh jahat dan berhasil mengusir roh jahat dari tubuh mereka.
Sebenarnya tari Barong dan Keris ini
hanya ditampilkan saat ada ritual keagamaan. Tetapi karena pengunjung datang
tidak selalu pada saat ada ritual itu, maka diadakan pertunjukan tari Barong
dan Keris setiap harinya pada pukul 09.30 – 10.30. Sekarang mempunyai
cabang sejumlah delapan. Tari Barong dan Keris akan tetap dilakukan meskipun
penontonnya hanya satu orang.
BAB IX
PUSAT OLEH-OLEH JOGER
Joger merupakan tempat penjualan
kata-kata. Karena akan ditemukan baju, gantungan kunci dan sandal yang penuh
dengan kata-kata. Apa lagi kata-katanya sangat menarik dan selalu
berganti-ganti seperti “beli tidak beli yang penting thank you”.
Joger adalah satu-satunya pabrik
kata-kata yang ada di Pulau Bali. Di Joger kita akan menemukan lautan manusia
berdesak-desakan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Karena menuju Joger
harus menaiki Komotra seperti ke Kuta dan biasanya ramai dan macet. Maka
pemilik Joger membuat Saudara Joger yang berada di dekat Bedugul. Pemilik Joger
tidak mau menyebutnya cabang Joger.
Keamanan di Joger sangat bagus.
Karena sebelum memasuki Joger harus melewati sebuah pintu yang menggunakan
sinar laser. Tetapi jangan kwatir dengan handphone dan kamera karena di teliti secara manual.
Di Joger kita benar-benar di latih
kesabaran dan belajar budaya antri. Jangan takut saat kita antri dalam waktu
lama tiba-tiba ada yang menerobos anda. Karena ada petugas yang mengurusi
antrian dan siap mengusir siapa saja yang tidak mau antri.
Di Joger tidak seperti kebanyakan
toko pada umumnya yang banyak pelayannya. Karena Joger mempunyai cermin yang sangat banyak di sana. Bukan hanya untuk
mencoba baju atau sandal, tetapi untuk menjaga keamanan. Disamping itu, Joger
mempunyai sisi tv yang dalam jumlah banyak.
Joger
mempunyai sisi yang unik. Jika ada yang mencuri walaupun Rp 100.000,00 ,
pemilik Joger tidak akan meminta uangnya. Mereka mempunyai cara tersendiri
dengan menelanjangi si pencuri dan disuruh berkeliling di dalam toko Joger.
Joger
juga termasuk toko yang tertib. Mereka akan tutup jam 5 pas. Meskipun
pembelinya seribu orang dan mau memborong semuanya, tidak akan dilayani.
BAB X
MUSEUM BAJRA
SANDI
Disebut demikian karena bangunan ini
pernah tidak mempunyai nama, dan bentuknya seperti bajra sehingga disebut BAJRA
SANDI. Monument ini terletak di jalan raya Puputan Denpasar atau Niti Mandala
Denpasar. Letak ini sangat srategis karena berdekatan dengan tempat-tempat
wisata lain dan berada di tengh-tengahnya.
Penggagas : Prof.Dr. Ida Bagus Mantra (almarhum) Beliau
adalah mantan gubernur daerah Bali.
Ide pendirian : dapat dijadikan land marknya daerah
Bali
Mulai berdiri : tahun
1988
Biaya pendirian : 14,9 milyar
Peletakan batu pertama : Agustus 1988
Untuk mendisain bangunan ini
dilakukan sayembara yang dimenangkan oleh seorang mahasiswa dari Universitas
Udayana, yang bernama Ida Bagus Yadnya. Tapi rancangan dan gambarannya
disempurnakan lagi. Rancangan arsitektur ini menggunakan arsitektur campuran
yaitu:
a. Tradisional menggunakan sumber : Lontar Kosala Kosali dan Lontar Adi Purwa
b. Modern dalam pembangunannya menggunakan: Tembok, Beton, Besi, Batu dari letusan Gunung Agung
Dalam pembangunannya, monument ini menggunakan konsep:
a. Tri Mandala:
a. Tradisional menggunakan sumber : Lontar Kosala Kosali dan Lontar Adi Purwa
b. Modern dalam pembangunannya menggunakan: Tembok, Beton, Besi, Batu dari letusan Gunung Agung
Dalam pembangunannya, monument ini menggunakan konsep:
a. Tri Mandala:
- Utama Mandala yaitu
berupa tempat suci atau Padmasana.
- Madya Mandala yaitu
berupa kebun atau taman
- Nista Mandala yaitu
berupa cemer atau Lapangan Puputan Margarana
b. Tri Angga:
b. Tri Angga:
- Utama atau kepala yang tidak
berisi apapun atau kosong yang merupakan simbul keabadian.
- Madya atau badan terdapat
pajangan diorama
- Nista atau kaki terdapat
taman-taman
Pembangunan
monument ini juga mengambil nilai filosofis, yaitu pemutara Gunung Maandara
Giri oleh para dewa dan raksasa yang bekerja sama guna memperoleh Tirta Ametha.
Perkiraan selesainya monument ini adalah sekitar 5 sampai 6 tahun, namun karena terhambat dana, maka fisik dari monument ini selesai dibangun tahun 2001 dan pada tahun 2002 diadakan pengisian diorama dan pengelolaan taman-taman serta lapangan. Jika diukur secara keseluruhan maka:- luas monument: 70 X 70 meter. Luas lapangan: 13,8 ha. Diresmikan 14 Juni 2003 bertepatan dengan Pesta Kesenian Daerah Bali ke 25. Oleh Megawati Soekarno Putri yang waktu itu menjabat sebagai Presiden RepublikIndonesia. Anak tangga kori agung 17 buah
Tiang penyangga: 8 buah. Tinggi 45 meter. Dapat disimpulkan bahwa monument ini memiliki nilai patriotisme yaitu mengenang hari proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitui 17 Agustus 1945.Dalam gedung ini terdapat 3 lantai yaitu:
Perkiraan selesainya monument ini adalah sekitar 5 sampai 6 tahun, namun karena terhambat dana, maka fisik dari monument ini selesai dibangun tahun 2001 dan pada tahun 2002 diadakan pengisian diorama dan pengelolaan taman-taman serta lapangan. Jika diukur secara keseluruhan maka:- luas monument: 70 X 70 meter. Luas lapangan: 13,8 ha. Diresmikan 14 Juni 2003 bertepatan dengan Pesta Kesenian Daerah Bali ke 25. Oleh Megawati Soekarno Putri yang waktu itu menjabat sebagai Presiden RepublikIndonesia. Anak tangga kori agung 17 buah
Tiang penyangga: 8 buah. Tinggi 45 meter. Dapat disimpulkan bahwa monument ini memiliki nilai patriotisme yaitu mengenang hari proklamasi kemerdekaan Indonesia yaitui 17 Agustus 1945.Dalam gedung ini terdapat 3 lantai yaitu:
Lantai bawah: Dalam lantai bawah terdiri dari berberapa ruang:
1. Ruang informasi
2. Ruang administarasi
3. Ruang pameran
4. Ruang perputakaan
5. Ruang souvenir
6. Ruang rapat
7. Toilet
Lantai tengah:
Merupakan tempat dipajangnya
Diorama Perjuangan Rakyat Bali dari masa kemasa yaitu mulai dari Bali masa
prasejarah, Bali masa Bali kuno, Bali masa setelah penguasa Majapahit, hingga
Bali pada masa-masa perjuangan yang jumlahnya 33 unit. Diorama-diorama itu
berjumlah 33 karena angka 33 adalah angka keseimbangan urip-urip jumlah dari
penjuru mata angina.
Diorama merupakan miniatur dari suatu kegiatan atau kejadian. Untuk dapat mengetahui alur ceritanya maka kita diharapkan berputar 2 kali searah jarum jam untuk memutari lingkaran luar dan lingkaran dalam.
Diorama merupakan miniatur dari suatu kegiatan atau kejadian. Untuk dapat mengetahui alur ceritanya maka kita diharapkan berputar 2 kali searah jarum jam untuk memutari lingkaran luar dan lingkaran dalam.
Ø Lingkaran luar: 1 sampai 20 Diorama
Diorama-Diorama tersebut menggambarkan:
• Diorama 1
Bali pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan (3000 SM)
• Diorama 2
• Diorama 2
Bali pada masa perundagian (2000 SM)
• Diorama 3
Stupika dan Prasasti Sukawana (778 M)
• Diorama 4
Rsi Markandeya (abad ke-8 M)
• Diorama 5
Rsi Kesari Warmadewa (914 M)
• Diorama 6
Gunapriyadharmapatni dan suaminya
Dharmadayana Warmadewa (989-1011)
• Diorama 7
Konsep Kahyangan Tiga dari Empu Puturan
(abad ke-11 M)
• Diorama 8
Kehidupan Banjar (abad ke-11 M)
• Diorama 9
Sistem Subak (abad ke-11 M)
• Diorama 10
Sri Astasura Ratna Bumi Banten (Tahun
1338 M)
• Diorama 11
Penobatan Sri Kresna Kepakisan
(1347-1350)
• Diorama 12
Pembangunan Pura Dasar Gelgel (abad
ke-14)
• Diorama 13
Dalem Waturenggong (1460-1550 M)
• Diorama 14
Dang Hyang Nirartha (1489 M)
• Diorama 15
Masa kejayaan kerajaan-krajaan di Bali
(abad ke-17 sampai 19)
• Diorama 16
Patih Jelantik merobek surat Gubernur
Jendral (1846)
• Diorama 17
Perang Jagaraga (1848-1849)
• Diorama 18
Patih Kusamba (1849)
• Diorama 19
Perlawanan Rakyat Banjar (1868)
• Diorama 20
Puputan Badung (1906)
Lingkaran Dalam: 21 samapaiØ 33 Diorama
Diorama-Diorama tersebut menggambarkan:
• Diorama 21
Persiapan Sagung Wah melawan Belanda
(1906)
• Diorama 22
Puputan Klungkung (1908)
• Diorama 23
Bangkitnya organisasi pemuda (1923-1928)
• Diorama 24
Bali dibawah Fasisme Jepang (1942-1945)
• Diorama 25
Menyebarluaskan berita proklamasi (1945)
• Diorama 26
Pusat komando pemuda Republik Indonesia
(September 1945)
• Diorama 27
Peristiwa Bendera di Pelabuhan Buleleng
(27 Oktober 1945)
• Diorama 28
Pertempuran Laut di Selat Bali (1946)
• Diorama 29
Serangan terhadap Tangsi NICA (1946)
• Diorama 30
Pembentukan Dewan Perjuangan Rakyat
Indonesia Sunda Kecil (1946)
• Diorama 31
Pertempuran Tanah Aron (1946)
• Diorama 32
Pertempuran Marga (1946)
• Diorama 33
Bali dalam mengisi kemerdekaan
(1950-1975)
Lantai atas
Ruang peninjauan , tempat merenung
sambil menikmati suasana keindahan di kejauhan sekeliling monument.
Tujuan didirikannya monument ini adalah untuk melestarikan nilai-nilai sejarah, rakyat bali dari masa ke masa seperti nilai: - patriotisme
- rela berkorban
- cinta tanah air
- perdamaian
- persatuan
- tetap menjaga persatuan dan kesatuan
Harapan
:
Disimak, dijiwai, dimaknai apa isi monument ini. Menceritakan kepada masyarakat tentang isi Monument Perjuangan Rakyat Bali ini. Tidak berkunjung ke tempat ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Dapat menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan.
Disimak, dijiwai, dimaknai apa isi monument ini. Menceritakan kepada masyarakat tentang isi Monument Perjuangan Rakyat Bali ini. Tidak berkunjung ke tempat ini untuk pertama dan terakhir kalinya. Dapat menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan.
BAB XI
HUTAN MANGROVE
Posisinya
lumayan dekat dengan kota, ada di bagian selatan kota Denpasar. Sesak dengan
suasana keramaian kota dan polusi kendaraannya, berada di sini serasa menemukan
dunia baru di tengah kebosanan itu. Sunyi, segar dan alami. Kicauan burung-burung,
biawak yang berjalan dengan seenaknya sendiri, wangi khas lumpur laut, hamparan
hijau pepohonan dengan burung-burung bangau yang bertenger di puncak pohon bila
berada di menaranya dan tentu saja sampah yang nyangkut di sela-sela pepohon. Biasanya
orang bilang mangrove center, merupakan hasil kerja sama antara departemen
kehutanan dan JICA pada tahun 2001. Sebelumnya pada tahun 1992 juga dilakukan
kerja sama diantara keduanya mengenai pengelolaan hutan mangrove yang lestari.
Ada manfaat yang cukup berarti dari kedua kerja sama tersebut yaitu peningkatan
luasan area hutan mangrove. Berdasarkan perbandingan analisis citra landsat
tahun 1994 dengan tahun 2003, terlihat bahwa luasan hutan mangrove di kota
denpasar dan Kab. Badung telah meningkat sekitar 200 ha.
Sebelumnya
hutan mangrove khususnya di denpasar selatan telah beralih fungsi menjadi
tambak, dan sejak tahun 1992 itulah mulai di rehabilitasi. Tambak-tambak dan
bangunan di area mangrove di bongkar dan di fungsikan lagi sebagai lahan hutan
mangrove. Akan tetapi akibat semakin pesatnya pembangunan di denpasar,
area-area di pinggiran jalan sekarang beralih fungsi lagi menjadi bangunan
pertokoan.
Keberadaan
hutan mangrove sangat penting buat ekosistem pantai. di dalam sistem ekosistem
mangrove bisa di temukan berbagai macam jenis kehidupan baik itu kehidupan
darat maupun kehidupan air. Adapun fungsi-fungsi dari hutan mangrove adalah:
Fungsi fisik : hutan mangrove
sebagai penahan abrasi pantai, penahan angin, dan intrusi air laut,
perangkap/penahan sedimen.
Fungsi biologi : Hutan mangrove
sebagai habitat satwa liar (burung, reptilia, amphibi, udang dan ikan), serta
sebagai tempat untuk berkembang biak (Nursery ground) jenis-jenis ikan, udang
dan kepiting
Fungsi sosial ekonomi: karena
merupakan habitat ikan, udang dan kepiting-kepiting serta nilai ekonomi, maka
masyarakat memanfaatkan sebagai tempat mencari nafkah dan memenuhi sebagian
kebutuhan hidupnya
Keberadaan
hutan mangrove di kota denpasar ini selain sebagai kawasan hijau, juga sebagai
kawasan ekowisata. Di mangrove center ini kita dapat belajar tentang ekosistem
mangrove sambil menikmati pemandangan. Ada semacam jembatan di tengah-tengah
hutan mangrove, jadi tidak perlu masuk lumpur, disepanjang jalan setapak
(trail) ini kita bisa mendapat informasi tentang flora fauna dan penjelasan
lainnya, dan kalau dirasa perlu kita juga bisa mendapatkan bantuan dari pemandu
selama dilapangan. Mangrove center mempunyai jalan setapak dan jembatan di
tengah2 hutan dengan 5 pondok peristirahatan, 2 tower dan 1 pondok untuk
pengamatan burung. Tapi sayang kondisi saat ini sudah agak memprihatinkan
terutama untuk fasilitas pendukung ekowisata. Jembatan-jembatannya yang
sebagian besar terbuat dari kayu sudah banyak yang rusak, informasi-informasi
disekitar jalan setapak/jembatan banyak yang kotor dan tidak terawat. walaupun
suasana alam hutan mangrovenya masih asri. Mudah-mudahan kedepannya ada
perencanaan dan kegiatan untuk memperbaiki fasilitas2 tersebut. sehingga bisa
dinikmati juga oleh orang2 setelah kita
BAB XII
KRISNA
Krisna
Bali berdiri untuk pertama kalinya pada tanggal 16 mei 2007 dengan pendirinya
bapak Gusti Ngurah Anom yang sekaligus owner dari COK KONFEKSI. Salah satu
pusat pabrik kaos Bali. Dibawah manajemen Cok Konfeksi inilah bermula sehingga
tahun 2007 berdirilah Krisna Bali yang bertempat di jalan Nusa Indah No 79
Denpasar-Bali.
Kini
Krisna Bali telah hadir di 3 lokasi lain, yaitu di Jl. Nusa Kambangan dan yang
satunya lagi di Jl. Sunset Road, Legian dan jalan Raya Kuta (dekat Airport).
Kalau lokasi di Jl. Nusa Kambangan cukup sulit akses kesana karena sering
macet, jalan masuk juga tidak terlalu besar apalagi memakai bus.
Krisna
Bali memiliki koleksi yang lengkap mulai dari T-shirt yang lengkap dengan
motif-motif khas Bali, souvenir, makanan dan lainnya.
Lokasi
di Jalan Sunset Road menjadikan Krisna Bali sangat mudah diakses. Fasilitas
parkir super luas, karena seramai apapun, belum pernah liat penuh parkirnya.
Fasilitas
lain yang dimiliki Krisna Bali adalah ruang belanja yang nyaman, food court,
refresh area, dan lain-lain.
BAB XIII
GARUDA WISNU
KENCANA
Berada
di Bukit Unggasan-Jimbaran-Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal
Bali Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi
ikon bagi wisatawan Bali dan Indonesia. Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu
yang dalam agama Hindu adalah Dewa pemelihara, mengendarai burung Garuda. Kisah
Garuda dan kerajaan yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung
Garuda untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh
Dewa Wisnu. Patung ini diproyeksika dengan tata ruang dengan jarak pandang
sampai 20 kmsehingga dapat terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah
Lot.
Patung
Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamayan lingkungan dan
dunia. Patung ini dibuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4000 ton,
dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Jika selesai, patung ini akan
menjadi patung terbesar di dunia dan mengalahkan patung Liberty.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pulau Bali adalah sebuah pulau yang
indah dan sangat terkenal di dunia. Keindahan Pulau Bali diwarnai
bermacam-macam seni budaya serta adat istiadat yang lain dengan pulau selain Pulau Bali. Dengan
berbagai keindahan itu, Pulau Bali khususnya dan bagi Indonesia umumnya.
Penduduk Bali yang pada umumnya
memeluk agama Hindu. Masyarakat di sini memang sanat kuat dalam beribadah. Ini
terlihat di Pura-Pura dan juga dari banyak segi.
Itulah Pulau Bali, pulau yang
terkenal sebagai pulau Dewata, pulau yang mempunyai tata cara kehidupan yang
berbeda dengan daerah lain. Selain itu seni budaya yang memperbanyak cerita
keindahan Bali kesenian. Kesenian yang terkenal adalah seni tari dan seni
lukis.
Dari berbagai uraian diatas penulis
dapat menyimpulkan bahwa Pulau Bali adalah sebuah pulau yang kaya akan
kebudayaan sehingga mampu memberikan pendapat atau masukan yang tidak sedikit
bagi Negara.
B. Saran
1. Karena
Pulau Bali merupakan daerah wista yang membawa citra bagi Bangsa Indonesia maka
kita harus menjaga kelestarian budaya disana.
2. Tentang
penginapan rasanya perlu ditingkatkan.
3. Kami rasa
semuanya sudah bagus baik transportasi, konsumsi, dan obyeknya tinggal
mempertahankannya.
4. Untuk Obyek yang dikunjungi rasanya waktunya
terlalu sempit sehingga kurang puas