Sabtu, 23 November 2013

SATUAN ACARA PENYULUHAN KECACINGAN





BAB I
ANALISA SUMBER BELAJAR

Pendahuluan
Dusun Sukamaju  mayoritas warganya bekerja sebagai tukang kebun tanaman sayur, sebagian sebagai pekerja kantoran, di sawah dan sebagainya. 80% warga memiliki IMT dibawah 19 kg/m2  walaupun asupan makanan tercukupi. Seorang warga bernama H (19 tahun) meskipun setiap hari makan dengan nutrisi tercukupi mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi memiliki berat badan 41 kg dengan tinggi 156 cm. Hasil penghitungan IMT yaitu 16,85 kg/m2.
Disana terdapat aliran sungai di dekat kebun untuk menyiram  tanaman. Tetapi warga juga sering menggunakan air sungai tersebut untuk buang air besar meskipun sudah ada WC umum. Air sungai tampak keruh.
Menurut data dari Puskesmas, sejak Januari 2013 jika dirata-rata setiap bulannya terdapat lebih dari 7 orang yang menderita cacingan. Pada bulan Januari, seorang anak berinisal A (9 tahun) mengalami diare yang disebabkan cacing Ascaris lumbricoides. Bulan Februari, anak dengan inisial B (11 tahun) tidak mengalami penambahan berat badan. Bulan Maret, seorang anak dengan nama inisial E (8 tahun) memiliki rambut kering dan perut buncit. Bulan April, warga dengan inisial C (27 tahun) bisa melakukan aktivitas tetapi tidak fit dan tampak lesu dan yang terakhir pada bulan Agustus, seorang warga dengan inisial D (30 tahun) mengaku keluar cacing setiap kali buang air besar.
Warga sudah melakukan pemeriksaan ke Puskesmas untuk masalah kecacingan tetapi tetap saja ada warga yang kecacingan. Sudah ada tenaga kesehatan khusus promosi kesehatan tetapi belum pernah mengadakan penyuluhan mengenai kecacingan. Warga dan tokoh masyarakat menginginkan diadakan penyuluhan.
A.      Predispocing Factors ( Faktor Pencetus )
1.    Riwayat kesehatan :
a.    Menurut data dari Puskesmas, penyakit cacing di Dusun Sukamaju mulai terjadi sejak bulan Januari 2013 yaitu seorang anak berinisal A (9 tahun) mengalami diare yang disebabkan cacing Ascaris lumbricoides. Pada bulan Februari, anak dengan inisial B (11 tahun) tidak mengalami penambahan berat badan. Pada bulan Maret, seorang anak dengan nama inisial E (8 tahun) memiliki rambut kering dan perut buncit. Pada bulan April, warga dengan inisial C (27 tahun) bisa melakukan aktivitas tetapi tidak fit dan tampak lesu. Pada bulan Agustus, seorang warga dengan inisial D (30 tahun) mengaku keluar cacing setiap kali buang air besar
b.    Data statistik menunjukkan setiap bulannya lebih dari tujuh orang kecacingan
2.    Kondisi fisik :
a.    80% warga memiliki IMT dibawah 19 kg/m2  walaupun asupan makanan tercukupi. Seorang warga bernama H (19 tahun) meskipun setiap hari makan dengan nutrisi tercukupi mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi memiliki berat badan 41 kg dengan tinggi 156 cm. Hasil penghitungan IMT yaitu 16,85 kg/m2
b.    Air sungai untuk menyiram tanaman di kebun itu keruh  karena warga sering buang air besar di sungai itu
c.    Berdasarkan catatan di Puskesmas, warga sering melakukan pemeriksaan ke rumah sakit tetapi belum ada perubahan. Warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan. Dilihat dari riwayat kesehatan, ditemukan warga dengan berbagai macam tanda dan gejala cacingan seperti rambut kering, diare, keluar cacing setiap kali b.a.b, lesu, tidak fit dan mengalami penurunan berat badan.
3.    Motivasi belajar :
a.    Belum pernah ada penyuluhan kecacingan dan penyuluhan melibatkan tokoh penting masyarakat seperti Kepala Pedukuhan
b.    Tempat penyuluhan ditempat yang nyaman, luas, bersih dan dekat
c.    Warga ingin tahu pencegahan kecacingan dan ingin diadakan penyuluhan mengenai pencegahan kecacingan
4.    Kesiapan belajar :
a.    Mayoritas warga Dusun Sukamaju pada pukul 07.00-15.00 WIB sedang melakukan aktivitas seperti berkebun, di kantor, di sawah dan aktivitas lainnya.
b.    Penyuluhan kecacingan mulai bisa dilakukan setelah pukul 15.00 WIB karena saat itu warga sudah tidak beraktivitas (luang)
5.                Kemampuan membaca :
a.    Setelah dites warga mampu memahami isi bacaan dengan cukup baik
b.    80% warga lulus SMP/sederajat dan sisanya lulus SD/sederajat
B.       Enabling Factors ( Faktor Pemungkin )
1.    Sarana dan prasarana
a.    WC umum sudah ada
b.    Di Puskesmas ada sarana leaflet, poster dan wireless
c.    Terdapat tempat yang luas untuk sosialisasi yaitu di Balai Dusun Sukamaju
d.   Puskesmas dan Balai Dusun Sukamaju dekat dari rumah warga
2.    Kecukupan jumlah dan jenis tenaga (SDM)
a.    Sudah ada tenaga kesehatan khusus pendidikan kesehatan (Promosi kesehatan) di Puskesmas tetapi belum pernah mengadakan penyuluhan
b.    Tenaga kesehatan siap jika sewaktu-waktu dimintai bantuan untuk melakukan penyuluhan
C.      Reinforcing Factors ( Faktor Penguat )
1.    Tokoh masyarakat setuju jika diadakan penyuluhan kecacingan
2.    Warga dan pemuka masyarakat siap membantu secara material maupun tenaga
D.      Analisa Data
No.
Data
Penyebab
Masalah
1.
DS :
Warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan dan sangat ingin diadakan penyuluhan untuk mengetahui cara pencegahan kecacingan
DO :
a.       Warga b.a.b di sungai padahal sudah ada sanitasi umum
b.      Setiap bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
E.       Diagnosis Keperawatan :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan, sangat ingin diadakan penyuluhan untuk mengetahui cara pencegahan kecacingan, warga b.a.b di sungai padahal sudah ada sanitasi umum dan setiap bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan.

F.       Perencanaan :
Berkaitan  Diagnosis Keperawatan  diatas masalah :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan, sangat ingin diadakan penyuluhan untuk mengetahui cara pencegahan kecacingan, warga b.a.b di sungai padahal sudah ada sanitasi umum dan setiap bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan.
Akan dilakukan Penyuluhan Kesehatan dengan topik / pokok bahasan Kecacingan pada hari Jumat, 27 September 2013 pukul 15.00 - 15.45 WIB.


























BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik/Pokok Bahasan         :    Kecacingan atau Penyakit Cacingan
Sub Pokok Bahasan             :    Penyakit cacing dimasyarakat
Sasaran :   Penyuluhan        :    Warga Dusun Sukamaju
       Program             :    Warga Dusun Sukamaju
Hari, Tanggal                        :    Jumat, 27 September 2013
Pukul                                     :    15.00 - 15.45 WIB
Penyuluh/Promotor              :    1. Amalia Kristi
                                        2. Cahya Dwi Rismawati
                                        3. Erman Suryana
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A.      Tujuan Instruksional Umum :
Warga Dusun Sukamaju setelah diberi promosi kesehatan selama 45 menit, warga Dusun Sukamaju mampu memahami pencegahan dan mau mencegah kecacingan.
B.       Tujuan Instruksional Khusus :
Warga Dusun Sukamaju setelah diberi promosi kesehatan selama 45 menit, warga Dusun Sukamaju mampu :
1.    Menjelaskan pengertian kecacingan
2.    Menjelaskan cara penularan kecacingan
3.    Menyebutkan tanda dan gejala kecacingan
4.    Menyebutkan jenis cacing penyebab kecacingan
5.    Menyebutkan cara pencegahan kecacingan
C.      Garis Besar Materi :
1.    Pengertian kecacingan
2.    Cara penularan kecacingan
3.    Tanda dan gejala kecacingan
4.    Jenis cacing penyebab kecacingan
5.    Pencegahan kecacingan
D.      Metode Penyuluhan :
1.    Ceramah
2.    Tanya jawab
E.       Media dan Alat :
1.    Leaflet, poster dan Power Point
2.    LCD atau proyektor
3.    Sumber arus listrik yang memadai
4.    Komputer
5.    Kursi dan meja
6.    Terminal listrik (Kabel roll)
7.    Tempat yang luas untuk sosialisasi (Balai Dusun Sukamaju)
8.    Daftar pertanyaan dan daftar wawancara
F.       Alokasi Waktu :
No.
Kegiatan
Uraian
Waktu
1.
Pembukaan
-        Mengucapkan salam
-        Kontrak waktu
-        Appersepsi
3 menit
2.
Sambutan
-        Ketua Panitia
-        Tokoh masyarakat
5 menit
3.
Penyuluhan
-        Penyampaian materi inti
-        Tanya jawab
-        Wawancara
35 menit
6.
Penutupan
-        Merangkum materi penyuluhan
-        Penyerahan bingkisan
-        Mengucapkan salam
2 menit

G.     
LCD
 
LCD
 
Setting Tempat :











H. Evaluasi :
No.
Aspek
Waktu
Metode
Alat
Evaluator
1.
Kognitif
15 menit setelah pembacaan materi
Tanya jawab mampu menjelaskan
Daftar pertanyaan
Amalia Kristi dan
Erman Suryana
2.
Afektif
5 menit setelah tanya jawab
Wawancara
Daftar wawancara
Cahya Dwi R.
                       
H.      Daftar pertanyaan dan Jawaban :
1.    Kognitif
a.    Jelaskan pengertian kecacingan!
Jawab : Penyakit cacing atau kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit
b.    Melalui apa cacing masuk ke tubuh?
Jawab : Melalui makanan, minuman, atau melalui kulit
c.    Apa media penularan cacing!
Jawab : Tanah
d.   Sebutkan 3 tanda dan gejala kecacingan ringan :
Jawab : Kadang tidak menimbulkan gejala nyata, lesu, tidak bergairah, suka mengantuk, badan kurus meski porsi makan melimpah, suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur dan gangguan ini menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau anemia .
e.    Sebutkan satu ciri infeksi cacing berat!
Jawab : Cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian
f.     Sebutkan satu ciri infeksi cacing yang berkelanjutan !
Jawab : Menurunnya status gizi, daya tahan tubuh menurun dan memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain (HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria)
g.    Sebutkan jenis cacing penyebab kecacingan!
Jawab : Cacing gelang, cacing cambuk, cacing tambang dan cacing kremi
h.    Sebutkan cara pencegahan kecacingan!
Jawab : Memakai alas kaki, cuci tangan, cuci sayur dan buah sebelum diolah, potong kuku, jangan b.a.b. sembarangan, hati-hati makanan setengah matang dan mentah, bersihkan kotoran hewan peliharaan dan bertanamlah yang baik
2.    Afektif
Setelah diberikan penyuluhan, apakah anda bersedia untuk merubah perilaku hidup sehat bebas dari kecacingan? Ya, mau karena ... (Jawaban menuju ke tindakan pencegahan kecacingan)






















BAB III
MATERI PENYULUHAN

A.      Lampiran Materi Penyuluhan
1.    Pengertian Kecacingan
Kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit. Kecacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan, minuman, atau melalui kulit dengan menggunakan tanah sebagai media penularannya yang disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing kremi, cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) (Jawetz et al, 2005).
2.    Gejala dan Tanda
Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan gejala nyata. Gejala yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka mengantuk, badan kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi.  Gangguan ini menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung anemia.  Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa menurun.  Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah lima tahun (balita).
Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat  menurunnya status gizi penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit ini kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.
3.    Beberapa Jenis Cacing
Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada anak-anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi infeksi berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, merupakan sumber penularan bagi orang-orang dekat di sekitarnya
Cacing gelang. Cacing betinanya yang panjangnya kira-kira 20-30 cm ini mampu bertelur 200.000 telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi larva yang bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak sengaja mencemari makanan atau minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.
Cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir per hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya sering menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia. 
Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi belajarnya. Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.
Cacing kremi. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya, cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal.  Bila balita menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
4.    Pencegahan Kecacingan
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan dan memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
5.    Beberapa Tips Pencegahan :
a.    Cucilah tangan sebelum makan. 
b.    Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum makan. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
c.    Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia.
d.   Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara kuku dan masuk ke usus dan berkoloni di sana.
e.    Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing ini.
f.     Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
g.    Pedulilah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja makan.
h.    Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
i.      Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan manfaatnya.
j.      Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing pada tempat pembuangan khusus.
k.    Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan dengan tanah.
6.    Pengobatan
a.    Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.
b.    Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
c.    Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara maksimal
B.       Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Yogyakarta: Depkes RI
Judarwanti, Widodo. 2010. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak. 24 September 2013. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak _ KORAN INDONESIA SEHAT.htm









                                   
TUGAS
PROMOSI KESEHATAN KECACINGAN DI DUSUN SUKAMAJU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi kesehatan







Disusun Oleh :
1.    Amalia Kristi                      NIM. P07120112003
2.    Cahya Dwi Rismawati        NIM. P07120112009
3.    Erman Suryana                   NIM. P07120112015



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2013

1_mmuy_.JPG