BAB I
ANALISA SUMBER BELAJAR
Pendahuluan
Dusun
Sukamaju mayoritas warganya bekerja
sebagai tukang kebun tanaman sayur, sebagian sebagai pekerja kantoran, di sawah
dan sebagainya. 80% warga memiliki IMT dibawah 19 kg/m2 walaupun asupan makanan tercukupi. Seorang
warga bernama H (19 tahun) meskipun setiap hari makan dengan nutrisi tercukupi
mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi memiliki
berat badan 41 kg dengan tinggi 156 cm. Hasil penghitungan IMT yaitu 16,85 kg/m2.
Disana
terdapat aliran sungai di dekat kebun untuk menyiram tanaman. Tetapi warga juga sering menggunakan
air sungai tersebut untuk buang air besar meskipun sudah ada WC umum. Air
sungai tampak keruh.
Menurut data
dari Puskesmas, sejak Januari 2013 jika dirata-rata setiap bulannya terdapat
lebih dari 7 orang yang menderita cacingan. Pada bulan Januari, seorang anak
berinisal A (9 tahun) mengalami diare yang disebabkan cacing Ascaris lumbricoides. Bulan Februari,
anak dengan inisial B (11 tahun) tidak mengalami penambahan berat badan. Bulan
Maret, seorang anak dengan nama inisial E (8 tahun) memiliki rambut kering dan
perut buncit. Bulan April, warga dengan inisial C (27 tahun) bisa melakukan
aktivitas tetapi tidak fit dan tampak lesu dan yang terakhir pada bulan Agustus,
seorang warga dengan inisial D (30 tahun) mengaku keluar cacing setiap kali
buang air besar.
Warga sudah melakukan
pemeriksaan ke Puskesmas untuk masalah kecacingan tetapi tetap saja ada warga
yang kecacingan. Sudah ada tenaga kesehatan khusus promosi kesehatan tetapi
belum pernah mengadakan penyuluhan mengenai kecacingan. Warga dan tokoh
masyarakat menginginkan diadakan penyuluhan.
A. Predispocing Factors ( Faktor Pencetus )
1. Riwayat kesehatan :
a. Menurut
data dari Puskesmas, penyakit cacing di Dusun Sukamaju mulai terjadi sejak
bulan Januari 2013 yaitu seorang anak berinisal A (9 tahun) mengalami diare
yang disebabkan cacing Ascaris
lumbricoides. Pada bulan Februari, anak dengan inisial B (11 tahun) tidak
mengalami penambahan berat badan. Pada bulan Maret, seorang anak dengan nama
inisial E (8 tahun) memiliki rambut kering dan perut buncit. Pada bulan April,
warga dengan inisial C (27 tahun) bisa melakukan aktivitas tetapi tidak fit dan
tampak lesu. Pada bulan Agustus, seorang warga dengan inisial D (30 tahun)
mengaku keluar cacing setiap kali buang air besar
b. Data
statistik menunjukkan setiap bulannya lebih dari tujuh orang kecacingan
2. Kondisi fisik :
a. 80%
warga memiliki IMT dibawah 19 kg/m2 walaupun asupan makanan tercukupi. Seorang
warga bernama H (19 tahun) meskipun setiap hari makan dengan nutrisi tercukupi
mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, tetapi memiliki
berat badan 41 kg dengan tinggi 156 cm. Hasil penghitungan IMT yaitu 16,85 kg/m2
b. Air
sungai untuk menyiram tanaman di kebun itu keruh karena warga sering buang air besar di sungai
itu
c. Berdasarkan
catatan di Puskesmas, warga sering melakukan pemeriksaan ke rumah sakit tetapi
belum ada perubahan. Warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan.
Dilihat dari riwayat kesehatan, ditemukan warga dengan berbagai macam tanda dan
gejala cacingan seperti rambut kering, diare, keluar cacing setiap kali b.a.b,
lesu, tidak fit dan mengalami penurunan berat badan.
3. Motivasi belajar :
a. Belum pernah ada penyuluhan kecacingan dan penyuluhan
melibatkan tokoh penting masyarakat seperti Kepala Pedukuhan
b. Tempat penyuluhan ditempat yang nyaman, luas, bersih
dan dekat
c. Warga ingin tahu pencegahan kecacingan dan ingin
diadakan penyuluhan mengenai pencegahan kecacingan
4. Kesiapan belajar :
a. Mayoritas warga Dusun Sukamaju pada pukul
07.00-15.00 WIB sedang melakukan aktivitas seperti berkebun, di kantor, di
sawah dan aktivitas lainnya.
b. Penyuluhan kecacingan mulai bisa dilakukan setelah
pukul 15.00 WIB karena saat itu warga sudah tidak beraktivitas (luang)
5.
Kemampuan
membaca :
a. Setelah dites warga mampu
memahami isi bacaan dengan cukup baik
b. 80% warga lulus SMP/sederajat dan sisanya lulus
SD/sederajat
B.
Enabling
Factors ( Faktor Pemungkin )
1. Sarana
dan prasarana
a.
WC umum sudah ada
b.
Di Puskesmas ada sarana leaflet, poster
dan wireless
c.
Terdapat tempat yang luas untuk
sosialisasi yaitu di Balai Dusun Sukamaju
d.
Puskesmas dan Balai Dusun Sukamaju dekat
dari rumah warga
2. Kecukupan
jumlah dan jenis tenaga (SDM)
a.
Sudah ada tenaga kesehatan khusus
pendidikan kesehatan (Promosi kesehatan) di Puskesmas tetapi belum pernah
mengadakan penyuluhan
b.
Tenaga kesehatan siap jika sewaktu-waktu
dimintai bantuan untuk melakukan penyuluhan
C.
Reinforcing
Factors ( Faktor Penguat )
1. Tokoh masyarakat setuju jika diadakan penyuluhan kecacingan
2. Warga dan pemuka masyarakat siap membantu secara
material maupun tenaga
D. Analisa Data
No.
|
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
1.
|
DS :
Warga belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan dan sangat ingin diadakan penyuluhan untuk
mengetahui cara pencegahan kecacingan
DO :
a. Warga
b.a.b di sungai padahal sudah ada sanitasi umum
b. Setiap
bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan
|
Kurang informasi
|
Kurang pengetahuan
|
E. Diagnosis Keperawatan :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan warga belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan, sangat ingin diadakan penyuluhan untuk mengetahui cara pencegahan
kecacingan, warga b.a.b di sungai padahal sudah ada
sanitasi umum dan setiap bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan.
F. Perencanaan :
Berkaitan Diagnosis Keperawatan diatas masalah :
Kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi ditandai dengan warga belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang kecacingan, sangat ingin diadakan penyuluhan untuk mengetahui cara pencegahan
kecacingan, warga b.a.b di sungai padahal sudah ada
sanitasi umum dan setiap bulannya ditemukan lebih dari 7 orang terkena kecacingan.
Akan
dilakukan Penyuluhan Kesehatan dengan topik / pokok bahasan Kecacingan pada hari Jumat, 27 September 2013
pukul 15.00 - 15.45 WIB.
BAB II
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik/Pokok Bahasan : Kecacingan atau Penyakit Cacingan
Sub
Pokok Bahasan : Penyakit
cacing dimasyarakat
Sasaran
:
Penyuluhan : Warga Dusun Sukamaju
Program : Warga
Dusun Sukamaju
Hari, Tanggal : Jumat, 27 September 2013
Pukul : 15.00 - 15.45
WIB
Penyuluh/Promotor : 1. Amalia
Kristi
2.
Cahya Dwi Rismawati
3.
Erman Suryana
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A.
Tujuan Instruksional Umum :
Warga Dusun
Sukamaju setelah diberi promosi kesehatan selama 45 menit, warga Dusun Sukamaju mampu memahami pencegahan
dan mau mencegah kecacingan.
B.
Tujuan Instruksional Khusus :
Warga Dusun Sukamaju
setelah diberi promosi kesehatan selama 45 menit, warga
Dusun Sukamaju mampu :
1. Menjelaskan
pengertian kecacingan
2. Menjelaskan
cara penularan kecacingan
3. Menyebutkan
tanda dan gejala kecacingan
4. Menyebutkan
jenis cacing penyebab kecacingan
5. Menyebutkan
cara pencegahan kecacingan
C.
Garis Besar Materi :
1. Pengertian
kecacingan
2. Cara
penularan kecacingan
3. Tanda
dan gejala kecacingan
4. Jenis
cacing penyebab kecacingan
5. Pencegahan
kecacingan
D.
Metode Penyuluhan :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E.
Media dan Alat :
1. Leaflet,
poster dan Power Point
2. LCD
atau proyektor
3. Sumber
arus listrik yang memadai
4. Komputer
5. Kursi
dan meja
6. Terminal
listrik (Kabel roll)
7. Tempat
yang luas untuk sosialisasi (Balai Dusun Sukamaju)
8. Daftar
pertanyaan dan daftar wawancara
F.
Alokasi Waktu :
No.
|
Kegiatan
|
Uraian
|
Waktu
|
1.
|
Pembukaan
|
-
Mengucapkan
salam
-
Kontrak
waktu
-
Appersepsi
|
3 menit
|
2.
|
Sambutan
|
-
Ketua
Panitia
-
Tokoh
masyarakat
|
5 menit
|
3.
|
Penyuluhan
|
-
Penyampaian
materi inti
-
Tanya jawab
-
Wawancara
|
35 menit
|
6.
|
Penutupan
|
-
Merangkum
materi penyuluhan
-
Penyerahan
bingkisan
-
Mengucapkan
salam
|
2 menit
|
G.
|
|
H. Evaluasi :
No.
|
Aspek
|
Waktu
|
Metode
|
Alat
|
Evaluator
|
1.
|
Kognitif
|
15 menit setelah pembacaan materi
|
Tanya jawab mampu menjelaskan
|
Daftar pertanyaan
|
Amalia Kristi dan
Erman Suryana
|
2.
|
Afektif
|
5 menit setelah tanya jawab
|
Wawancara
|
Daftar wawancara
|
Cahya Dwi R.
|
H. Daftar pertanyaan dan Jawaban :
1. Kognitif
a. Jelaskan
pengertian kecacingan!
Jawab
: Penyakit cacing atau kecacingan adalah infeksi yang disebabkan
oleh cacing parasit
b. Melalui
apa cacing masuk ke tubuh?
Jawab : Melalui
makanan, minuman, atau melalui kulit
c. Apa
media penularan cacing!
Jawab : Tanah
d. Sebutkan
3 tanda dan gejala kecacingan ringan :
Jawab : Kadang tidak menimbulkan gejala
nyata, lesu, tidak bergairah, suka mengantuk, badan kurus meski porsi
makan melimpah, suka menggaruk-garuk anusnya saat tidur dan gangguan ini
menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau anemia .
e. Sebutkan
satu ciri infeksi cacing berat!
Jawab : Cacing dapat bermigrasi ke
organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan ileus
obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian
f. Sebutkan
satu ciri infeksi cacing yang berkelanjutan !
Jawab : Menurunnya status gizi,
daya tahan tubuh menurun dan memudahkan terjadinya infeksi penyakit lain
(HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria)
g. Sebutkan
jenis cacing penyebab kecacingan!
Jawab : Cacing gelang, cacing
cambuk, cacing tambang dan cacing kremi
h. Sebutkan
cara pencegahan kecacingan!
Jawab : Memakai alas kaki, cuci
tangan, cuci sayur dan buah sebelum diolah, potong kuku, jangan b.a.b.
sembarangan, hati-hati makanan setengah matang dan mentah, bersihkan kotoran
hewan peliharaan dan bertanamlah yang baik
2. Afektif
Setelah diberikan penyuluhan, apakah
anda bersedia untuk merubah perilaku hidup sehat bebas dari kecacingan? Ya, mau karena ... (Jawaban menuju ke tindakan
pencegahan kecacingan)
BAB III
MATERI PENYULUHAN
A. Lampiran Materi Penyuluhan
1. Pengertian Kecacingan
Kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit. Kecacingan adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan, minuman,
atau melalui kulit dengan menggunakan tanah sebagai media penularannya yang
disebabkan oleh cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing kremi, cacing
cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing tambang (Ancylostoma
duodenale dan Necator americanus) (Jawetz et al, 2005).
2. Gejala
dan Tanda
Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan
gejala nyata. Gejala yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka
mengantuk, badan kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk
anusnya saat tidur karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang
beraksi. Gangguan ini menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau
anemia. Berkurangnya zat gizi maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat
kecerdasan, selain berujung anemia. Anemia akan menurunkan prestasi
belajar dan produktivitas. Menurut penelitian, anak yang kehilangan protein
akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa menurun. Anemia kronis bisa
mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah lima tahun (balita).
Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada
cacing dapat bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat
perforasi usus dan ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan
kematian.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi
penderita yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan
terjadinya infeksi penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Jenis penyakit parasit ini kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila
dibandingkan dengan HIV/AIDS yang menyedot anggaran cukup besar, padahal semua
bentuk penyakit sama pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga tak peduli
terhadap penyakit jenis ini.
3.
Beberapa Jenis Cacing
Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada
anak-anak. Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi
infeksi berikutnya yang sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang
menyebabkan infeksi akibat parasit cacing sukar diatasi secara tuntas.
Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat, merupakan sumber
penularan bagi orang-orang dekat di sekitarnya
Cacing gelang. Cacing betinanya yang panjangnya kira-kira 20-30
cm ini mampu bertelur 200.000 telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3
minggu telur ini akan berisi larva yang bersifat infektif, yang dapat menjadi
sumber penularan jika secara tidak sengaja mencemari makanan atau minuman yang
kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai parasit dalam usus halus, sehingga akan
mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh kita dan menimbulkan kerusakan
pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare dan gangguan penyerapan
sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat, larva dapat masuk
ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.
Cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing ini juga menghisap
sari makanan yang kita makan. Dia menghisap darah dan hidup di dalam usus
besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu butir per hari. Biasanya
infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya sering menimbulkan
perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam permukaan usus
penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja. Tetapi
pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar dapat
ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan
dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus,
maka anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu
saja dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang
tidak pernah kita perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu
berlangsung terus tanpa kita sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan
anemia.
Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Inilah cacing yang paling
ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa bertelur 15 ribu-20
ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang sanggup
menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus.
Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan
perlukaan pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih
berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih
berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus.
Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang
merupakan penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga
dapat mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi belajarnya. Telur
cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini
menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang
menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya
direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per
hari. Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.
Cacing kremi. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya,
cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan
pindah ke anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa
gatal. Bila balita menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva
masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan
kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau pakaian. Lewat kontak
langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing dimulai lagi.
4. Pencegahan
Kecacingan
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan
dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus
penyebaran infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan
dapat pula dikerjakan. Menjaga kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber
bahan pangan adalah merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari
dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada
anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk
menanamkan dan memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
5. Beberapa
Tips Pencegahan :
a. Cucilah tangan sebelum
makan.
b. Budayakan kebiasaan dan
perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
makan. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke
mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut
kita.
c. Pakailah alas kaki jika
menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun beragam macam,
salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun Ankylostoma
duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang menembus
kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran
getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari
namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva,
migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh
dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu
Anda akan anemia.
d. Gunting dan bersihkan kuku
secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara kuku dan masuk ke
usus dan berkoloni di sana.
e. Jangan buang air besar
sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran baiknya dikelola
dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak warga yang
memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotoran-kotoran
ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika
lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah
menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing
ini.
f. Bertanam atau Berkebunlah
dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram tanaman. Agar air ini
senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin. Menjaga alam ini
termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
g. Pedulilah dengan
lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air yang
digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing
bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja
makan.
h. Cucilah sayur dengan baik
sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. Mengapa demikian? Ya,
agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di samping itu nilai
gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
i. Hati-hatilah makan makanan
mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang sanitasinya buruk. Perlu
dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang harus diperhatikan
adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan sesegar mungkin
sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan manfaatnya.
j. Buanglah kotoran hewan
hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing pada tempat
pembuangan khusus.
k. Pencegahan dengan meminum
obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang risiko tinggi terkena
infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain pasir,
pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan
dengan tanah.
6. Pengobatan
a. Penanganan untuk mengatasi
infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang dianjurkan. Obat anti
cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain) merupakan anti
cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan
parasit cacing.
b. Intervensi berupa
pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole 10
mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapat mengurangi
angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
c. Paduan yang serasi antara
upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan yang memuaskan,
sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara maksimal
B.
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Pedoman Pengobatan Dasar
di Puskesmas. Yogyakarta: Depkes RI
Judarwanti, Widodo. 2010. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak. 24 September 2013. Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada
Anak _ KORAN INDONESIA SEHAT.htm
TUGAS
PROMOSI
KESEHATAN KECACINGAN DI DUSUN SUKAMAJU
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah promosi
kesehatan
Disusun Oleh :
1.
Amalia Kristi NIM.
P07120112003
2.
Cahya Dwi
Rismawati NIM. P07120112009
3.
Erman Suryana NIM. P07120112015
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN
KEPERAWATAN
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar